Survei Indikator: PDIP Paling Banyak Dipilih Masyarakat
Beritaterkini99 – Lembaga penelitian Indikator Politik Indonesia melakukan survei kepada masyarakat terkait partai politik yang ikut dalam kontestasi Pemilu 2019. Hasilnya, PDIP menjadi partai yang paling banyak dipilih masyarakat.
Survei dilakukan pada 16-26 Desember 2018. Peneliti Senior Indikator Rizka Hilda mengatakan, pertanyaan yang diajukan oleh responden terkait surveinya itu yakni jika pemilihan anggota DPR diadakan sekarang ini, partai atau calon dari partai mana yang akan ibu-bapak pilih dari daftar partai.
“PDIP terbesar dengan total suara 21,6 persen, kemudian Gerindra 12,2 persen, Golkar 10,7 persen, PKBB 9,3 persen, Demokrat 6,3 persen, Nasdem 5,3 persen, PKS 4,2 persen, PPP 4 persen, Perindo 3,4 persen dan PAN 2,7 persen,” kata Rizka di Kantor Lembaga penelitian Indikator Politik Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (23/1/2019).
“Partai lain masih lebih rendah dukungannya, dan sekitar 16,5 persen masih belum menentukan pilihan,” tambahnya.
Survei ini dilakukan dengan teknik multistage random sampling dan 1.220 responden. Memiliki margin of error +/- 2,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen. Kemudian, responden terpilih dilakukan wawancara lewat tatap muka. Lalu dilakukan quality control secara random sebanyak 20 persen.
Hampir Semua Partai Tak Solid Dukung Paslon di Pilpres 2019
Sebanyak 14 partai politik telah mendukung dan mengusung jagoan masing-masing pada Pilpres 2019. Ternyata, hampir semua partai politik tersebut tak memberikan dukungan secara 100 persen pada pasangan calon presiden-wakil presiden yang mereka usung dan dukung.
Hal itu berdasarkan survei Lembaga penelitian Indikator Politik Indonesia soal Pilpres 2019 yang dilakukan pada 16-26 Desember 2018.
Dalam partai koalisi Joko Widodo-Ma’ruf Amin, hanya Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) yang 100 persen mendukung pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut 01. Sedangkan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebanyak 66,6 persen yang mendukung Jokowi-Ma’ruf dan 27,0 persen mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Lalu, PDIP ternyata ada 6,0 persen yang mendukung Prabowo-Sandi. Dan hanya sebanyak 90,1 persen yang mendukung Jokowi-Ma’ruf. Kemudian, Partai Golkar hanya 62,1 persen mendukung Jokowi-Ma’ruf dan 31,2 persen di antaranya mendukung Prabowo-Sandi.
Selanjutnya, hanya sebanyak 69,6 persen Partai NasDem mendukung Jokowi-Ma’ruf dan 27,8 persen di antaranya mendukung Prabowo-Sandi. Untuk PPP sebanyak 53,7 persen mendukung Jokowi-Ma’ruf dan 43,2 persen di antaranya mendukung Prabowo-Sandi.
Partai Hanura sebanyak 59,1 persen mendukung Jokowi-Ma’ruf dan 39,6 persen diantaranya mendukung Prabowo-Sandi. Perindo, 69,9 persen mendukung Jokowi-Ma’ruf dan 27,9 persen mendukung Prabowo-Sandi. Terakhir, PSI 91,9 persen mendukung Jokowi-Ma’ruf, dan 8,1 persen mendukung Prabowo-Sandi.
“Pada kelompok partai koalisi Jokowi-Ma’ruf Amin, basis PPP dan Hanura paling banyak terbelah kepada oposisi,” kata Peneliti Senior Indikator Politik Indonesia, Rizka Halida di Kantor Indikator, Jakarta Pusat, Rabu (23/1).
Sementara itu, untuk Partai Politik Koalisi Prabowo-Sandi pun juga dinilai tidak solid. Karena, Partai Gerindra hanya 81,5 persen mendukung Prabowo-Sandi dan 14,1 persen diantaranya mendukung Jokowi-Ma’ruf.
Lalu, PKS 73,7 persen mendukung Prabowo-Sandi, sedangkan 21,1 persen di antaranya mendukung Jokowi-Ma’ruf. Selanjutnya, PAN 71,9 persen mendukung Prabowo-Sandi dan 26,0 persen di antaranya mendukung Jokowi-Ma’ruf.
Selain itu, 54,1 persen basis Partai Demokrat mendukung Prabowo-Sandi dan 40,5 persen di antaranya mendukung Jokowi-Ma’ruf. Terakhir, 44,8 persen basis Partai Berkarya mendukung Prabowo-Sandi dan 42,1 persen diantaranya mendukung Jokowi-Ma’ruf.
“Pada basis koalisi Prabowo-Sandi, terutama Demokrat dan Berkarya paling besar terbelah ke petahana,” ujarnya.
Untuk partai koalisi Jokowi-Ma’ruf lebih banyak terbelah pada kelompok etnis non Jawa, terutama Sunda, usia cenderung semakin muda, agama Islam, kelas bawah dan terutama di sekitar Banten, Jawa Barat dan Sumatera secara umum.
“Secara sosiologis, basis koalisi Prabowo-Sandi lebih banyak terbelah pada kelompok perempuan, kelompok usia yang semakin tua, kalangan kerah biru, di pedesaan dan terutama di wilayah tengah pulau Jawa hingga timur Indonesia,” pungkas dia.