EKONOMI 

‘Sulap’ Drum Jadi Bangku, Guru Bimbel Raup Rp 20 Juta/Bulan

Beritatrekini99 – Galuh Rahma Wati, seorang guru bimbingan belajar (bimbel) tak menyangka usaha yang ia lakoni bakal berkembang pesat. Bermodalkan kaleng minyak dan drum bekas, Galuh menyulapnya menjadi meja dan kursi unik bernilai tinggi.

Omzetnya pun tak main-main, rata-rata Rp 20 juta sebulan. Padahal, bisnis yang dibangun di kawasan Tangerang Selatan, Banten ini dimulai dari iseng.

Galuh bercerita, inspirasi usahanya ia dapat dari sebuah tempat makan yang ‘instagramable’. Di sana, ia melihat kursi-kursi cantik yang terbuat dari drum. Ia pun mencoba untuk membuatnya untuk kebutuhan sendiri.

“Jadi mulainya tahun 2016, waktu itu habis melihat tempat makan yang instagramable kok pakai kursi drum, kok lucu. Habis itu, nyoba ah, buat sendiri dulu di rumah,” katanya kepada Beritatrekini99.com, Selasa (30/4/2019).

Drum bekas 'disulap' jadi bangku
Drum bekas ‘disulap’ jadi bangku Foto: Dok. Instagram @galuh.creatives

Siapa sangka, kursi yang ia buat justru banyak diminati. Awalnya dari muridnya yang tertarik dengan desain tokoh superhero.

“Waktu itu saya masih ngajar les. Kebetulan ada murid yang tertarik dengan kursi di tempat les yang bergambar superhero, ya udah saya bikinin, lalu saya buat lebih banyak dengan warna dan desain yang variatif lalu saya posting ke sosmed, eh ternyata banyak yang minat,” tambahnya.

Sejak saat itu, Galuh pun serius menjalani bisnis ini. Material bahan utama yakni kaleng dan drum bekas sempat menjadi tantangan untuk memulai bisnis. Lantaran, pasokan kaleng yang ia peroleh dari supplier offline cenderung tidak baik.

Kemudian, ia siasati dengan mencari supplier di marketplace yang memiliki material lebih baik dari sebelumnya hingga menjadi langganan tetap sampai saat ini.

“Namanya kaleng bekas tidak 100% mulus ya, ada penyok-penyoknya sedikit, tapi tetap saja ada customer perfeksionis yang komplain, jadi harus diedukasi bahwa kami mengolah limbah, menggunakan material bekas, bukan material baru,” terangnya.

Kaleng bekas 'disulap'  jadi bangku
Kaleng bekas ‘disulap’ jadi bangku Foto: Dok. Instagram @galuh.creatives

Untuk menjalani bisnis ini ia mengaku tak butuh modal besar. Dia punya strategi yakni dengan memasang uang muka (down payment/DP) serta bekerja sama dengan pemasok bahan baku lain sehingga pembayarannya bisa diberi waktu lebih panjang.

“Modalnya, tidak terlalu besar, waktu itu beli mesin cat semprot bekas, kemudian kaleng bekas nggak banyak, waktu itu sejuta jalan. Karena saya menerapkan DP 50%, dari DP saya puter. Materialnya kami ambil dari toko besi tetangga, kami saling percaya sehingga dikasi tempo pembayaran. Jadi nggak perlu pinjam modal kemana-kemana,” paparnya.

Selanjutnya, untuk proses produksi, untuk kursi kecil kapasitas satu orang bisa ditempuh dalam waktu 3 hari. Adapun urutannya, antara lain, pembersihan kaleng, pengecatan pelapis anti karat, pewarnaan dan design sesuai dengan permintaan, terakhir pemasangan alas duduk. Dia bilang, dalam produksi ini yang menjadi tantangan ialah cuaca lantaran ini berkaitan dengan pengeringan cat.

“Kita juga produksi yang sofa isi dua orang, tiga orang, itu prosesnya agak lama karena dibelah, didempul supaya rata, dilas, lalu dicat dan finishing design sesuai permintaan, prosesnya panjang, jadi pengerjaanya bisa 5-7 hari,” sambungnya.

Kaleng bekas 'disulap'  jadi bangku
Kaleng bekas ‘disulap’ jadi bangku Foto: Dok. Instagram @galuh.creatives

Galuh mengaku, di awal usahanya ia hanya menjual kursi sekitar 4 item dalam sebulan dengan omzet sekitar Rp 500 ribu. Kemudian, bisnisnya semakin berkembang dengan penjualan media online.

Produk Galuh Creatives Gallery sendiri dijual salah satunya melalui Instagram di @galuh.creatives dan Tokopedia dengan akun Mbak Galuh Kursi Drum. Harga produknya pun variatif dari Rp 109 ribu paling kecil hingga paling besar Rp 2,5 juta per item. Saat ini, setidaknya Galuh mampu menjual 50 hingga 100 item sebulan dengan omzet sampai Rp 20 juta.

“Dulu Rp 500 ribu sebulan, sekarang stabil di angka Rp 20 jutaan,” imbuhnya

Galuh tak mengalami banyak kesulitan dalam usahanya. Dia punya prinsip, bisnis itu bisa berjalan dengan baik jika dilandasi dengan rasa suka.

“Alangkah baiknya setiap usaha dimulai hobi, kenapa dari hobi, untung nggak untung kerjain, hobi seneng. Kalau untung senengnya double,” tutupnya.

Related posts