Perlu Waktu Panjang Buat Atasi Defisit Transaksi Berjalan
beritaterkini99- Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Halim Alamsyah menyatakan bahwa dalam mengatasi defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) sebesar 3 persen pemerintah butuh waktu penyesuaian yang panjang. Sebab, persoalan ini menurut dia, bukanlah perkara yang mudah.
“Memang (CAD) itu masalahnya itu tentu bersifat jangka menengah panjang untuk menyelesaikanya,” kata Halim saat ditemui di Jakarta, Rabu (12/9/2018).
Meski demikian, Halim meyakini, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) mampu mengatasi CAD tersebut. Hal itu dibuktikan dari beberapa kebijakan untuk mengurangi permintaan terhadap valuta asing (valas) terhadap Dolar Amerika Serikat (USD).
“Kalau Bank Indonesia tujuannya mendorong agar asing bisa masuk kembali membeli surat berharga kita. Kalau pemerintah berusaha mengurangi permintaan dolar AS yang tidak perlu tidak produktif,” sebutnya.
Tak kalah penting, kata Halim pemerintah sudah tepat dengan menaikan tarif pajak penghasilan atau PPh impor. Upaya tersebut menurutnya cukup baik sehingga dapat menekan angka impor dalam negeri.
“Kebijakan yang ditempuh pemerintah ini pasti akan mengurangi impor karena sudah ada kenaikan PPh bagi barang mewah sampai empat kali lipat ini, tentu orang berpikir kalau untuk dia beli sekarang,” tutur Halim.
Pajak Barang Impor
Sebelumnya, diketahui Pemerintah Jokowi-JK resmi merevisi naik tarif Pajak Penghasilan (PPh) 22 untuk 1.147 barang impor. Pengenaan tarif ini dikelompokkan menjadi tiga bagian pos tarif sesuai dengan tingkat kepentingan barang di dalam negeri.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, merinci satu per satu pos tarif tersebut. Pertama, untuk 719 pos tarif dinaikkan tarif 3 kali lipat dari 2,5 persen menjadi 7,5 persen, karena termasuk barang konsumsi yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri.
“Kita berharap industri dalam negeri bisa melihat kesempatan ini,” ujar Menteri Sri Mulyani di Kantornya.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) kuartal II-2018 mencapai USD 8 miliar atau 3,0 persen dari PDB. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya sebesar USD 5,7 miliar atau 2,2 persen dari PDB.